Leandro Trossard, Pesaing atau Pelapis Martinelli?
Trossard datang, berkah atau ancaman buat Martinelli?
Setelah perburuan cukup panjang di jendela transfer musim dingin ini, The Gunners akhirnya mendapatkan pemain depan yang mereka inginkan. Arsenal telah resmi mendatangkan Leandro Trossard dari Brighton & Hove Albion dengan nilai transfer sebesar 21 juta plus bonus 5 juta Pounds. Proses kesepakatan tersebut berlangsung singkat, hanya 24 jam sejak kedua klub melakukan kontak pertama.
Kini dengan datangnya Trossard, kedalaman skuad Arsenal menjadi lebih baik. Hal ini memberi Arteta opsi lebih banyak di lini depan. Namun, pemain yang didatangkan kali ini bukan pemain ‘kemarin sore’ yang berumur di bawah 23 tahun. Dengan usia 28 tahun, Trossard termasuk pemain senior. Catatan kontribusi golnya yang mengesankan di musim ini cukup menjadi bukti untuk melayakkan dirinya bermain di tim utama. Kedatangan dirinya dapat dilihat sebagai ancaman bagi winger kiri utama Arsenal, Gabriel Martinelli.
Sekarang timbul pertanyaan 26 juta Pounds. Apakah Trossard seorang pesaing yang dapat merebut posisi Martinelli? Atau hanya sebagai pelapis?
Leandro Trossard adalah pemain jebolan dari akademi klub Belgia, KRC Genk. Sebelum bermain di liga kasta tertinggi Belgia, Jupiler Pro League, Trossard dipinjamkan ke tiga tim berbeda selama empat musim, yaitu Lommel SK (2012-13, 2014-15), KVC Westerlo (2013-14), dan Oud-Heverlee Leuven (2015-16). Trossard bermain bersama tim utama Genk selama empat musim (2016-2019), di mana ia telah mengoleksi 39 gol dan 21 asis dari 120 penampilan di Jupiler Pro League. Di musim 2019/2020, ia pindah ke Brighton yang saat itu dilatih Graham Potter, di mana ia menjadi salah satu pemain kunci. Dari 109 penampilan di bawah Potter, Trossard telah mencetak 20 gol dan 14 asis.
Sedangkan Gabriel Martinelli yang sementara ini telah mengumpulkan 7 gol dan 3 asis untuk Arsenal, hampir selalu menjadi starter di setiap pertandingan. Di musim ini, ia telah bermain 25 pertandingan di seluruh kompetisi, di mana ia tampil 23 kali sebagai starter dan 2 kali sebagai pemain pengganti. Seringnya Martinelli bermain bukan hanya karena dia dianggap pemain penting, tetapi juga karena Arsenal tidak memiliki winger kiri lain sebagai pelapis yang dapat menggantikannya di kompetisi tertentu. Oleh karena itu, Arteta tak punya pilihan lain selain memaksa winger asal Brasil tersebut untuk ‘lembur’ saat Arsenal bertemu tim kecil, seperti Oxford United pada laga FA Cup lalu.
Sementara ini, belum ada jawaban pasti apakah Trossard sebagai pesaing atau pelapis Martinelli. Untuk menjadi calon pengganti Martinelli, tentunya pemain tersebut harus memiliki kemampuan yang melebihi Martinelli. Selain itu, Arteta pasti punya alasan tersendiri mengapa akhirnya ia memutuskan untuk mendatangkan pemain timnas Belgia tersebut ke Emirates Stadium. Untuk itu, mari kita bedah plus-minus dari seorang Leandro Trossard.
Pengalaman di Liga Inggris
Salah satu faktor utama yang membuat Arteta tertarik pada Trossard adalah pengalamannya di liga Inggris. Kita semua tahu bahwa saat seorang pemain pindah klub, ia pasti akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan tim barunya. Cepat-lambatnya adaptasi seorang pemain tidak hanya ditentukan oleh kualitas sang pemain sendiri, tapi ‘lingkungan’ tempat dia berasal juga turut berpengaruh. Menurut peringkat UEFA, Liga Inggris kini masih menjadi liga terbaik di Eropa yang menduduki peringkat 1, diikuti oleh LaLiga Spanyol di peringkat 2 dan Bundesliga Jerman di peringkat 3.
Sedikit out of topic, kita tentu masih ingat bagaimana jomplangnya performa seorang Timo Werner saat ia pindah ke Chelsea dari klub asalnya, RB Leipzig. Werner waktu itu dibeli dengan harga cukup mahal, 52 juta Euro. Setibanya di Inggris, eksplosivitasnya yang terkenal selama di Jerman menguap begitu saja. Ia sering terlihat kikuk di depan gawang. Alhasil, ia hanya mampu menghasilkan 23 gol dari 89 penampilan untuk Chelsea. Sejak saat itu, muncul istilah Bundesliga Tax. Setelah 2 musim, ia memutuskan ‘pulang kampung’ ke Leipzig, di mana ia langsung mencetak gol di pertandingan pertamanya. Werner hanya salah satu contoh dari sekian banyak pemain yang mengalami kerasnya bermain di liga Inggris.
Sedangkan Trossard, dengan catatan kontribusinya selama di Brighton, telah membuktikan dirinya sebagai pemain yang teruji di liga Inggris, atau istilahnya Premier League proven. Di musim pertamanya bersama Brighton, Trossard mencetak 5 gol dan 3 asis dari 31 pertandingan. Angka yang tidak terlalu buruk bagi pemain yang baru merumput di liga Inggris untuk tim papan tengah. Saat Brighton ditukangi Roberto De Zerbi di musim ini, Trossard tidak kesulitan untuk beradaptasi dengan sistemnya. Hal ini terbukti dari 5 gol dan 1 asis yang telah ia cetak dari 11 pertandingan di bawah De Zerbi.
Versatility
Selanjutnya, Arteta menyebut bahwa Trossard adalah pemain serbaguna atau versatile, artinya ia dapat bermain di berbagai posisi. Selama di Brighton, Trossard telah bermain di berbagai macam posisi, mulai dari striker, gelandang serang, winger kiri, hingga bek sayap kiri. Kontribusinya di setiap posisi tersebut juga terbilang cukup bagus. Hal ini tentu sangat bermanfaat untuk Arsenal.
Kemampuannya bermain di berbagai posisi memberi Arteta pilihan untuk menggunakannya dalam berbagai formasi dan strategi, membuat permainan The Gunners lebih dinamis dan tidak dapat diprediksi. Keserbagunaan Trossard juga terlihat dalam kemampuannya bermain dalam gaya permainan yang berbeda. Dia dapat beradaptasi dengan permainan berbasis penguasaan bola serta permainan serangan balik, yang membuatnya menjadi aset berharga bagi tim dalam berbagai situasi.
Ambipedal
Pengalaman dan versatility hanyalah dua kekuatan Trossard yang disebut oleh Arteta. Trossard termasuk pemain skillful, artinya ia punya banyak kelebihan yang dapat membantu permainan tim, salah satunya ambipedal. Ambipedal adalah istilah untuk pemain yang dapat menggunakan kaki kiri dan kanan sama baiknya. Hal ini sangat berguna bagi seorang winger. Di Arsenal, Martinelli yang bergerak dari sayap seringkali menusuk ke dalam kotak penalti lawan. Cara ini efektif bila ada ruang di kotak penalti lawan, tapi juga mudah ditebak saat berhadapan dengan bek lawan yang berkualitas. Sedangkan Trossard yang ambipedal memiliki dapat melakukan dua opsi pergerakan dari sisi sayap. Ia bisa cut inside ke dalam kotak penalti atau memberi crossing ke tengah kotak penalti lawan. Kemampuan ini akan membuatnya sulit ditebak.
Finishing
Kekuatan lain dari Trossard adalah kemampuan teknisnya. Ia dikenal sebagai seorang finisher yang klinis di depan gawang dan memiliki akurasi tembakan yang baik. Menurut data yang diambil dari FBRef, di musim ini Trossard memiliki catatan persentasi shot on target sebesar 44.7%, lebih besar dibanding Martinelli yang sebesar 38.67%. Dari segi expected goals (xG), Trossard mencatatkan xG sebesar 4.4 dan menghasilkan 7 gol. Sementara Martinelli mencatatkan xG lebih rendah, yaitu 4.0, di mana ia juga menghasilkan 7 gol.
Kemampuan teknis Trossard memungkinkan dia menciptakan peluang untuk dirinya sendiri dan rekan satu timnya, dan juga membuatnya menjadi ancaman konstan di lapangan. Kemampuannya menghadapi bek satu lawan satu merupakan aset berharga bagi tim karena menciptakan ruang bagi rekan satu timnya dan memberi tekanan pada pertahanan lawan. Kemampuan teknis Trossard juga memungkinkannya mencetak gol di ruang sempit, yang merupakan aset berharga bagi tim.
Kecepatan
Mirip dengan Martinelli, kecepatan dan akselerasi menjadi kekuatan yang menonjol dari Trossard. Dia mampu dengan cepat melewati bek dan menciptakan ruang untuk dirinya sendiri dan rekan satu timnya. Hal ini membuatnya menjadi ancaman di lapangan dan menyulitkan bek untuk menahannya. Kecepatan dan akselerasinya juga memungkinkannya untuk berlari di belakang pertahanan, yang menciptakan ruang bagi rekan satu timnya dan memberi tekanan pada pertahanan lawan.
Inkonsisten
Namun, sama seperti pemain pada umumnya, Trossard juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah konsistensi. Dalam satu musim, ada momen di mana ia tampil impresif bersama Brighton. Namun sayang hal tersebut tidak dapat berlangsung lama. Seperti contoh di musim ini, saat ia mencetak hat-trick melawan Liverpool pada Gameweek 9 lalu, Trossard gagal berkontribusi di 3 pertandingan Brighton selanjutnya melawan Spurs, Brentford, dan Nottingham Forest. Masalah konsistensi ini juga dapat dilihat lebih jelas dari jumlah gol yang ia cetak di setiap musim.
Pengambilan keputusan Trossard juga merupakan kelemahan yang perlu diperbaiki. Salah satu kesalahan pengambilan keputusan yakni dalam hal operan. Dia terkadang banyak melakukan salah passing di lapangan, yang kemudian dapat menyebabkan turnover dan membuang peluang. Jika ini terjadi di Arsenal tentu akan berakibat fatal, terutama saat menghadapi lawan yang mengincar serangan balik. Menurut data dari Opta, akurasi operan Trossard di musim ini hanya 74.36%, berbanding jauh dengan Martinelli (83.37%).
Sikap
Terakhir, kekurangan yang cukup mengkhawatirkan dari Trossard adalah masalah sikap. Selama seminggu terakhir, Trossard sempat absen di dua sesi latihan Brighton karena berselisih dengan pelatihnya, Roberto De Zerbi. Hal ini berawal saat De Zerbi bicara dengan Trossard bahwa ia tidak diikutsertakan dalam skuad melawan Middlesborough di FA Cup lalu. Lalu Trossard pergi meninggalkan sesi latihan tanpa izin dari bosnya.
"Leandro tahu betul pendapat saya. Sesi terakhir sebelum pertandingan Middlesbrough, ketika dia mengerti dia tidak bermain, dia meninggalkan sesi tanpa berkata apa-apa," kata bos Brighton itu.
"Itu tidak baik. Pada hari Senin saya berbicara dengannya dan menjelaskan bahwa saya tidak menyukai sikap ini." ucap Roberto De Zerbi.
Sikapnya yang tidak ramah kemudian mengakibatkan Trossard diskors dari sesi latihan menjelang pertandingan liga melawan Liverpool. Mendengar kabar ini, diberitakan Trossard memutuskan pulang ke tanah airnya. Setelah itu, agennya memberi pernyataan bahwa kliennya tidak akan memperpanjang kontrak yang akan berakhir pada musim panas ini dan meminta untuk dijual.
Bos Arsenal, Mikel Arteta, termasuk pelatih ‘bertangan besi’ pada pemainnya. Pemain yang memiliki sikap buruk tidak akan mendapat tempat di timnya. Hal ini tercatat dalam sejarahnya memperlakukan beberapa pemain yang ‘bandel’ pada musim-musim sebelumnya, seperti Ozil dan Aubameyang. Trossard yang baru datang memang tidak akan langsung bertingkah, namun rekam jejaknya yang pernah bermasalah dengan pelatih tentu akan diingat oleh Arteta. Oleh karena itu, dari segala macam kelemahan, sikap harus menjadi hal pertama yang perlu diperbaiki olehnya.
Untuk menutup tulisan ini, kita kembali ke pertanyaan awal: Trossard seorang pesaing atau pelapis? Setelah membedah kelebihan dan kekurangan pemain asal Belgia tersebut, menurut saya, peran Trossard di Arsenal musim ini lebih condong ke pemain rotasi. Ada beberapa hal yang mendasari pendapat saya ini.
Pertama, Arsenal yang sebelumnya telah dikaitkan dengan pemain-pemain mahal seperti Joao Felix, Mudryk dan Diaby, pada akhirnya lebih memilih merekrut Trossard yang jauh lebih murah. Keputusan ini mengandung pesan tersirat. Selain smart buying, Arsenal dari awal hanya mencari pelapis untuk dirotasi. Jika memang Arteta mencari seorang pesaing, ia pasti akan membeli pemain yang namanya lebih besar daripada seorang Trossard (dengan harga yang layak).
Selanjutnya, inkonsistensi menjadi hal yang memberatkan Trossard untuk menyaingi Martinelli. Sebagai starter, Arteta tentu butuh pemain yang mampu menampilkan performa terbaiknya secara konsisten. Trossard yang eksplosif hanya di 2-3 pertandingan, lebih cocok bermain di turnamen yang diikuti Arsenal, seperti FA Cup dan Europa League. Di sini, Trossard kemungkinan akan sering bermain sebagai starter. Sedangkan di liga, Trossard tetap dapat berkontribusi untuk tim sebagai super-sub, terutama saat menghadapi lawan yang menerapkan sistem low-block. Kecepatan dan kemampuannya dalam memanfaatkan ruang sempit di barisan pertahanan lawan sangat berguna di saat lini depan Arsenal mengalami kebuntuan.
Kesimpulannya, pembelian Trossard merupakan pembelian yang cukup bagus. Kehadirannya dapat mendukung Arsenal dalam mengejar gelar liga dan menggantikan Martinelli saat ia sedang tidak perform atau tertimpa cedera. Tapi saya harap saya salah. Tentunya saya menantikan saat di mana Trossard dapat membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekedar pelapis Martinelli.